Judul: Rainbirds
Penulis: Clarissa Goenawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Barokah Ruziati
Penyelaras Aksara: Nadira Yasmine
Perancang Sampul: Staven Andersen
ISBN: 978-602-03-7919-7
E-ISBN: 978-602-03-7920-3
Jumlah Halaman: 400 halaman
Panjang Buku: 20 cm
Usia Pembaca: +17
Blurb:
Tahun 1994, Ren Ishida menerima kabar kakak perempuannya, Keiko, ditikam berulang kali hingga tewas di Akakawa, kota terpencil tempat kakaknya tinggal. Ia pun memutuskan untuk sementara pindah ke kota itu sambil mengurus pemakaman dan membantu polisi menyelidiki kematian Keiko.
Namun kemudian, tanpa sadar Ren seolah mengikuti jejak-jejak terakhir yang Keiko tinggalkan. Ia mengisi posisi pekerjaan Keiko di kursus bimbingan belajar Yotsuba. Ia bahkan menerima syarat aneh untuk tinggal di rumah politisi terkemuka, di kamar yang sebelumnya ditempati Keiko.
Gadis kecil yang terus-menerus muncul dalam mimpi, seorang siswi bimbingan belajar yang agresif, suasana suram, penuh misteri dan teka-teki sepanjang menyusuri Akakawa, membuat Ren penasaran ingin mengetahui apa yang sebenar-benarnya terjadi pada malam Keiko terbunuh.
*****
Clarissa Goenawan merupakan penulis dari Singapura yang lahir di Indonesia. Cerita pendeknya telah memenangkan penghargaan dan muncul di beberapa majalah sastra dan antologi di Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika. Rainbirds adalah novel debutnya yang berhasil mendapatkan penghargaan The Winner Of Bath Novel Award 2015.
Itu tadi profil si penulis. Sekarang, mari kita review novel yang sering direkomendasikan sama bookstagram di luar sana.
Aku baca novel ini harus antre dulu, sekitar sebulan aku antre untuk bisa baca buku ini. Emang ya, butuh kesabaran untuk bisa baca buku bagus. Aku baca novel ini di aplikasi Ipusnas. Jadi kalau teman-teman lagi nggak ada budget untuk beli buku, bisa coba baca di aplikasi ini. Tapi kalau buku bagus biasanya harus sabar antre.
Ada banyak novel yang aku ikut antre di aplikasi, salah satunya Rainbirds ini. Ada novel terbarunya Ilana Tan juga yang judulnya The Star and I. Setelah penantian panjang, akhirnya novel dari salah satu penulis favorit aku bisa aku pinjam 🤩
Rainbirds, mengisahkan seorang Ren Ishida yang merasa ada hal-hal tersembunyi dalam kasus kematian kakaknya, Keiko Ishida. Sebagai seorang adik yang sering ditelepon setiap minggu, kematian sang kakak ini membuat Ren merasa dirinya nggak punya pegangan hidup. Pihak kepolisian juga nggak tahu siapa yang membunuh kakaknya, sampai akhirnya Ren memutuskan pindah sementara ke Akakawa, kota terpencil di sudut Jepang tempat kakaknya tinggal.
Jika kamu mencari Akakawa dalam mesin pencarian, kamu nggak akan menemukan kota ini. Ya, Akakawa hanyalah kota imajinasi yang ditulis Clarissa. Hebatnya, pembaca akan dibuat percaya bahwa kota ini nyata jika mereka nggak cari di Google.
Di Akakawa inilah, kepingan masa lalu keluarga Ishida mulai terkuak. Ren mendapat tawaran pekerjaan menjadi guru bimbingan bahasa Inggris di Yotsuba, mengisi kekosongan posisi kakaknya. Dia juga punya teman baik bernama Honda, salah satu guru bimbingan juga di tempat yang sama.
Orang-orang dari masa lalu Ren juga perlahan muncul satu per satu. Ada satu adegan flashback saat Ren menjadi pengantar pizza, di sana dia bertemu dengan satu gadis tanpa nama. Karena saat mereka berpisah dan Ren tanya siapa namanya, gadis itu cuma bilang, "Akan aku beri tahu ketika kita bertemu lagi." Dan takdir menarik garis lurus mereka berdua untuk bertemu di Tokyo, tentu saja tanpa kesengajaan.
Meskipun mereka sama-sama diam, aku merasakan hubungan kuat di antara keduanya. Seakan mereka memiliki bahasa rahasia sendiri, cara pribadi untuk berkomunikasi. Aneh, tapi indah.
Di Tokyo sendiri, Ren punya pacar namanya Nae, satu-satunya pacar yang disukai sama kakaknya meski mereka berdua belum pernah bertemu. Keiko tahu semua tentang Ren, tapi laki-laki itu bahkan nggak tahu siapa pacar Keiko. Ini yang membuat Ren merasa bersalah karena nggak peduli sama kakaknya. Hubungan Ren sama Nae lagi nggak baik-baik saja sampai Ren pindah ke Akakawa.
Di Akakawa, Ren selalu mendapatkan mimpi aneh tentang hadirnya anak kecil yang rambutnya di kuncir dua. Wajahnya asing, tidak familier, sampai sebuah fakta mengejutkan tentang gadis kuncir dua itu membuat Ren sadar bahwa dia benar-benar nggak tahu apapun tentang kehidupan kakaknya.
Belum lagi dengan sosok gadis perokok Seven Star yang menjadi murid bimbingan Ren. Gadis itu selalu mencari cara agar bisa berduaan dengan Ren, seperti mengajak makan bersama. Gadis itu suka sama Ren tapi tentu saja laki-laki itu menolak, mengingat ada seseorang yang dia tinggal dengan hubungan menggantung di Tokyo.
Sedikit petunjuk demi petunjuk tentang kematian kakaknya pun mulai terkuak, dan orang-orang terdekat Ren di Akakawa sedikit terlibat dalam petunjuk-petunjuk itu hingga akhirnya Ren tahu siapa yang telah membunuh kakaknya.
Awalnya, aku pikir yang bunuh Keiko itu justru Ren sendiri. Karena di bagian awal ada paragraf yang seakan merujuk ke arah Ren. Aku pikir, Ren mungkin memiliki gangguan mental yang membuat dia berhalusinasi dan membunuh kakaknya. Tapi dugaan itu ternyata salah, pembunuhnya bahkan memiliki porsi kecil dalam cerita.
Aku rating novel ini 4.9/5.0
Ya nggak salah kalau banyak pembaca yang rela antre demi bisa baca novel ini, penceritaan alurnya rapi dan terstruktur. Bisa membuat pembaca seakan-akan berada di Akakawa melalui rangkaian kata. Penulisannya pun bersih dari typo. Nggak salah kalau novel ini mendapat penghargaan The Winner Of Bath Novel Award 2015.
Hanya saja, ending-nya gantung. Nggak ada kelanjutan apapun tentang hubungan Nae dan Ren, ya meskipun fokus cerita bukan kisah cinta mereka. Dari sudut pandang Ren, Nae adalah satu-satunya pacar yang benar-benar menyayangi laki-laki itu, mengerti semua yang Ren butuhkan. Bahkan Ren merasa nyaman dengan gadis itu. Agak gimana gitu nggak ada kelanjutan kisah mereka berdua. Tapi ya balik lagi dari sudut pandang masing-masing.
Untuk teman-teman yang mau coba baca novel genre thriller dan dark drama, coba baca ini dulu. Genre thriller-nya nggak terlalu deep, pas banget buat transisi dari yang biasanya baca genre romansa atau teenlit ke genre yang lebih dark.
Oh terakhir, aku masih nggak paham kenapa penulis memilih Rainbirds sebagai judul novelnya. Rainbirds sendiri hanya disinggung sedikit di akhir cerita, aku masih mencari alasan dibalik pemilihan judul ini. Kalau ada yang tahu, jangan lupa kasih tahu aku juga 🤗
Komentar
Posting Komentar